KAMMI dalam Pusaran Realita

Tulisan ini adalah tanggapan atau lebih tepatnya tambahan untuk tulisan saudari saya Yetty Eelvida dari KAMMI Komisariat IAIN Pontianak yang berjudul Obsesi vs Khayalan.
Tulisan beliau tersebut sepertinya dilandaskan karna adanya turunan dari Pusat untuk merekrut 100.000 kader baru di seluruh Indonesia
Ada yang menarik dari ulasan beliau yakni pertanyaan tentang 'Seberapa siap KAMWIL,KAMDA dan Komisariat Membina ratusan kader baru dan mau di bawa kemana mereka??'
Ya, saya juga memikirkan hal yang sama.
Beberapa hari yang lalu saya sempat mendapatkan input tentang kondisi KAMMI dari salah seorang alumni (tak perlu saya sebutkan namanya). Walaupun cukup singkat, tapi hasil diskusinya cukup membekas dalam ingatan saya.
Berawal dari sebuah pertanyaan sederhana dari beliau, DM 1 KAMMI mementingkan KUALITAS atau KUANTITAS?
Benar, selama ini sepertinya KAMMI hanya mementingkan kuantitas dibandingkan kualitas. Rekruetmen KAMMI yang besar-besaran apakah hanya sekedar euphoria sesaat memenuhi target dari pusat atau hanya sekedar canda gurau semangat seperti yang disampaikan oleh saudari saya Yetty Elvida?
Ya. Ketika DM hanya mementingkan kuantitas, Maka hasil kadernya pun bermacam-macam.
Bisa jadi jumlah mereka yang banyak ternyata bukan hasil rekrutan para kader KAMMI, melainkan titipan dari lembaga lain yang se atap
Sistem rekrutnya pun kadang tidak berdasar pada syarat dan ketentuan. Ataukah memang tidak dibuat syarat masuknya? Sehingga hasilnya diperoleh kader yang seperti itu, abal-abal.
Jumlahnya banyak tapi sulit digerakkan. Kader banyak tapi sulit mencari penerus.
Banyaknya kader bukan rekrutan KAMMI membuat pengurus tidak punya power dalam memproyeksikan amanah kadernya.
Banyaknya kader titipan membuat kikuk ketika dia harus kembali ke lembaganya. Misalnya lembaga A menitipkan kadernya untuk ikut DM 1, Selesai DM ditarik jadi ketum lembaga A. KAMMI kikuk jika harus menariknya kembali ke KAMMI. KAMMI hanya menjadi sarana pelengkap untuk memenuhi kebutuhan lembaga lain.
Sistem rekrut tanpa syarat membuat kader tak punya ikatan apa apa.
Kuantitas yang banyak membuat para murobbi KAMMI menjadi tidak fokus.
Tidak tau mana yang harus diberikan folowup yang lebih dan yang hanya biasa biasa saja.
Sudah jadi hal biasa dan kita ketahui bersama bahwa penyakit malas itu menular
Maka kuantitas yang tidak memperhatikan kualitas berpeluang besar diisi oleh para pemalas.
Akibatnya jadi malas semua. Murobbi KAMMIpun ikutan malas.
Akhirnya tidak ada progres. Dan masalah terulang lagi.
Mungkin ini yang menyebabkan KAMMI minim Instruktur, minim SPM. Seperti yang dipaparkan oleh Yetty Elvida dalam tulisannya. Padahal, jika kita buka kembali datanya, instruktur KAMMI bejibun. SPM KAMMI sangat banyak. apalagi kader AB 1 dan AB 2
KAMMI seperti kehilangan hampir semua anggotanya. Prinsip 4Lmaka akan populer di sini, Loe Lagi Loe Lagi yang mengurusi KAMMI.
Tulisan ini bukan pembelaan atas pernyataan “Jika peserta DM 1sedikit, artinya HUMAS gagal”. Bukan.
Sedikitnya peserta DM1 bisa saja disebabkan karena acara yang dikonsep kaderisasi tidak menarik sehingga alumni peserta enggan menyebarkan ke teman dekatnya.
Bisa juga disebabkan ketua komsat yang tidak pandai begaul. Sehingga KAMMI tidak terkenal dan terasumsi kuper.
Bisa juga disebabkan oleh bidang sosmas yang kegiatannya tak menyentuh masyarakat sehingga orang pun tak kenal mana kegiatan sosial KAMMI yang merakyat.
Dan bisa jadi juga karna HUMAS memang tidak dapat mengcover itu semua untuk menutupi kekurangan KAMMI.
Semua bersinggungan. Semua memiliki keterkaitan. Tidak bisa menyalahkan satu bidang jika terdapat kegagalan. Dan juga tidak bisa menyerahan ke salah satu pihak untuk melakukan perekrutan.
Dengan realita yang seperti ini. Kembali saya mengulang pertanyaan Ukhti Yetty Elvida, “Seberapa siap KAMWIL,KAMDA dan Komisariat Membina ratusan kader baru dan mau di bawa kemana mereka??”
Saya memang bukan dan belum pernah hinggap di bidang yang menjadi ujung tombak gerakan KAMMI ini, kaderisasi. Jadi, jika ada hal yang kurang berkenan dari tulisan ini, mohon dimaafkan 
---------------------------------------------------------------------------------------
“Jika ada kader KAMMI yang mengeluh, mengomel, mengkritik, marah-marah. Maka bersyukurlah. Sesungguhnya itu adalah wujud dari kecintaannya terhadap KAMMI. Jika ada kader KAMMI yang diam, senyap tak bersuara, maka patut dipertanyakan, ‘masih adakah KAMMI dihatinya?’”
di KAMMI... jalan yang kau lalui takkan pernah mudah...
kan kau temui jalanan terjal, berbatu dan teramat susah,
yang membuatmu lelah dalam melangkah
bahkan terkadang membuat kakimu lecet dan berdarah...
namun teruslah melangkah,
karena inilah jalan dakwah...
perjuangan dijalan Allah
karena itu janganlah lemah..
janganlah mudah menyerah
kau tak sendiri dijalan ini yaa ikhwah fillah...
bersama kita kan terus melangkah..
bersama di jalan dakwah..
Dinda (Ka.Bid HUMAS Kammi Untan)
Share on Google Plus

About Unknown

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar