SAMPAH BUKAN MASALAH?

Masalah sampah nampaknya merupakan masalah klasik yang dihadapi baik negara maju ataupun berkembang. Sampah yang menumpuk dapat berdampak buruk bagi lingkungan sekitar dan dalam jangka panjang dapat menimbulkan masalah kesehatan yang cukup serius. Setiap harinya puluhan hingga ratusan ton sampah dihasilkan di berbagai tempat di Indonesia. Contoh terdekat misalnya di Kota Pontianak dilansir dari salah satu media cetak, per harinya dapat menghasilkan sekitar 300 ton sampah. Berdasarkan analisa dengan jumlah penduduk, jika minimal 5% saja dari jumlah tersebut dibuang langsung oleh warga kota ke dalam parit, maka 27,5 ton sampah setiap hari telah memenuhi dan mencemari parit-parit di ibukota provinsi ini. Seperti kita ketahui permasalahan sampah kadang-kadang memusingkan pemerintah dalam penanganannya. Namun jika tidak tertangani dengan baik akan terjadi penumpukan dan akan mengganggu kenyamanan warga. Produk sampah paling besar berasal dari sampah rumah tangga berupa sampah organik, anorganik dan sampah berbahaya seperti sampah elektronik (e-waste).

Adapun langkah-langkah yang bisa kita lakukan yaitu meminimalisir barang yang kita gunakan (reduce), pilih barang yang mungkin masih bisa digunakan (reuse), memanfaatkan barang bekas untuk didaur ulang (recycle) dan mengganti bahan sekali pakai dengan bahan yang tahan lama (replace). Kerjasama antara pemerintah dan masyarakat juga sangat diperlukan. Dalam hal ini pemerintah Kota Pontianak, telah menyediakan wadah komunal (TPS) untuk menampung berbagai jenis sampah, kemudian petugas kebersihan yang tiap hari mengangkut sampah. Berdasarkan perda nomor 6 aturan waktu pembuangan juga telah diatur agar tidak mengganggu aktivitas penduduk serta sanksi bagi yang melanggar diharapkan bisa meminimalkan kerusakan lingkungan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

Perubahan dapat berhasil jika seluruh elemen masyarakat dapat bergabung untuk membangun daerah. Sebagai ujung tombak perubahan, pemuda merupakan bagian yang sangat penting. Jika pemuda bergerak, niscaya seluruh elemen masyarakat akan ikut bergerak. Seperti yang kita ketahui, selain krisis kebersihan, bangsa kita juga sedang dilanda krisis pemuda. Jika pemuda bertemu dengan aktivitas yang tidak bermanfaat, juga dapat menjadi masalah yang serius dan memicu apa yang disebut sebagai sampah masyarakat. Pemuda yang waktunya disibukan dengan berbagai macam aktifitas yang tidak ada manfaat dapat memicu bahaya baik untuk diri maupun bahaya untuk lingkungannya. Jika ingin melakukan perubahan, cara yang paling tepat adalah dengan memperbaiki mental masyarakatnya.

Mari bangun mental pemuda yang bersih untuk membangun kota yang bersih.
SELAMAT HARI PEDULI SAMPAH NASIONAL 21 FEBRUARI 2017.
MARI BERGERAK UNTUK INDONESIA BEBAS SAMPAH 2020.


oleh : Heri Junaidi, 
Departemen Media PD KAMMI Pontianak


Share on Google Plus

About Unknown

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar