Mentalitas Perjuangan Sang Pembangun Peradaban

Mengingat tanggal 8 maret merupakan Hari Perempuan Internasional (HPI). Kita coba untuk menelisik kembali asal muasal ditetapkan tanggal tersebut sebagai hari kaum perempuan sedunia. Pada tahun 1857, tepatnya di New York-Amerika Serikat. Kaum buruh perempuan berdemo menuntut perbaikan nasib, menuntut hak memilih dan dipilih serta melarang menggunakan tenaga kerja anak-anak. Perjuangan kaum perempuan kemudian berlanjut pada tahun 1913 di Rusia, dimana perempuan Rusia menggelar demonstrasi menentang Perang Dunia I dan peristiwa ini menyebar ke Negara-negara Eropa lainya. Hingga akhirnya pada tahun yang sama saat kekuasaan Tsar Rusia Jatuh, tepat pada tanggal 8 Maret ditetapkan sebagai HPI sebagai penghargaan atas kebangkitan kaum perempuan yang memperjuangkan hak-haknya dan mulai diakui dan ditetapkan oleh PBB pada tahun 1978.

Di Indonesia sendiri sejak penjajahan imperialism dan feodalisme yang masih berakar kuat di Indonesia telah menempatkan kaum perempuan Indonesia sebagai warga “kelas dua” dan mendapat perlakuan diskriminasi atas hak-haknya. Tingkat epidemik perkosaan, penyiksaan, kekerasan, pelecehan seksual dan diskriminasi di ruang public telah melewati titik nadir. 
Kasus kejahatan dan kekerasan yang dialami perempuan tentu disebabkan oleh banyak faktor. Saat ini, mayoritas Negara di dunia menerapkan sebuah system kenegaraan yang berlandaskan atas kebebasan (liberal) dan pemisahan agama dari kehidupan (sekuler). Tidak jauh berbeda dengan yang ada di Indonesia. Sifat konsumtif tergerus arus globalisasi, kini telah meracuni semangat perjuangan perempuan. Esensi dari kesadaran untuk pemenuhan dan memperjuangkan hak-haknya kembali kini tak sebanding dengan perjuangan hak-hak perempuan zaman dahulu.

Stigma yang masih terus berkutat pada kesetaraan gender dan berjuang menempatkan posisi sama seperti kaum laki-laki hanya membuat polemik egoism yang lama. Saat ini, perubahan cara berfikir (shifting paradigm) sangat diperlukan sebagai fondasi yang lebih baik. KAMMI mempunyai visi untuk membangun peradaban bangsa dengan fokus pada kesejahteraan hak-hak perempuan, bukan memenuhi hak karena kita “lebih” atau “setara” dibandingkan laki-laki, tetapi karena dengan memenuhi hak-hak perempuan, peradaban bangsa  akan jauh lebih baik. Sudah saatnya perempuan membangun peradaban besar bagi bangsa dengan mentalitas perjuangan yang terbangun dalam dirinya. Merubah “idea and skill” menjadi “action”. Yang kami maksud adalah mentalitas yang berinteraksi untuk mempengaruhi dan dipengaruhi secara positif, memberikan dan mengambil manfaat, memberi dan menerima dari dan kepada masyarakat, berpartisipasi aktif dalam pengembangan pembangunan dengan bangunan yang kuat dan sehat, bebas dari faktor-faktor destruktif. Mentalitas baru seorang perempuan dibentuk dengan format pembangunan general. Menyebar dalam segala lini dan sector kehidupan dan melakukan peranan aktifnya sebagai perempuan bermartabat, mandiri dan cerdas.Karena itu, jika perempuan di dalam rumah, maka dalam rangka membangun peradaban. Jika perempuan keluar rumah, maka dalam rangka membangun bangsanya dan demi kepentingan umum.


By :
Ade Putri Yulianti
Kepala Bidang Perempuan
PD KAMMI Pontianak




Share on Google Plus

About Unknown

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar