Kartini dengan Cintanya

Cinta tidak akan pernah berkembang menjadi rencana aksi kecuali ketika ia lahir dari semangat pertanggung jawaban. Cinta yang kuat adalah manifestasi dari sense of responsibility yang terus menerus bergelora dalam jiwa. Sebab cinta adalah murni tindakan. Cinta pun mengajarkan ia untuk memperoleh hak-haknya dengan melaksanakan kewajiban-kewajibannya  kepada orang lain. Itulah yang berhasil bunda tercinta ajarkan pada kita, Raden Ajeng Kartini.

Menuangkan luapan cintanya dalam lembaran-lembaran kertas yang mempu menembus cakrawala. Ia memang bukan sekedar perempuan biasa. Lewat tulisannya tak ubahnya membaca gagasan perempuan lulusan S3, bahkan belum tentu semua perempuan dengan jenjang pendidikan tertinggi sekalipun mempunyai pemikiran semaju dan secerdas bunda di masanya. Sedangkan ia hanya lulusan ELS (Pendidikan dasar di zaman Belanda), sebuah energy cinta yang besar mampu menggerakkan hati dan tumbuh dalam tempo yang begitu cepat, melampaui zamannya. Bagaimana mungkin seorang perempuan yang terkekang oleh tirani social di zamannya, mampu membuat tulisan bernas tentang nasionalisme, politik, humanisme dan feminisme? Bahkan sangat jarang ditemukan perempuan berpendidikan tinggi di zaman sekarang yang mempunyai cara berpikir dan kemampuan menuangkan tulisan sekaliber Kartini.

Pernah tidak berfikir ? Bagaimana seorang perempuan berpendidikan di kaum Bumiputera dan hanya menuliskan ide-idenya dalam surat untuk teman-temannya yang orang Belanda bisa diangkat sebagai symbol pahlawan perempuan Indonesia? Mengapa bukan sosok perempuan  heroik yang di umur 17 tahun telah mengangkat senjata untuk berperang melawan penjajah Belanda, seperti Tjut Nyak Dien atau Christina Martha Tjahahu? Bukankah simbol pahlawan itu lebih pantas disematkan kepada perempuan yang benar-benar berjuang keras mengorbankan jiwa dan raga mengusir penjajah bukan sosok pendidik semacam kartini? Saya (penulis) memilih berpikir positif, bahwa Presiden Soekarno (seorang intelektual) menetapkannya Kartini sebagai simbol pahlawan perempuan karena strategi untuk membangun bangsa dan Negara melalui jalur pendidikan merupakan strategi paling tepat bagi gerakan perjuangan untuk mengangkat harkat dan martabat perempuan. Hingga goresan tinta di lembaran surat cinta Kartini pun senantiasa berkembang dan terus dirasakan hingga kini dan diperuntukkan untuk seluruh kartini-kartini masa kini. Karena cintanya,, Kita tumbuh.

Selamat Hari Kartini, 21 April 2017. Jadilah sosok Kartini masa kini untuk Indonesia.
-Ade Putri-
Kepala Bidang Perempuan
PD KAMMI Pontianak


Share on Google Plus

About Unknown

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar